Balik ke kota neraka, paru paru direngsa kembali dengan udara kotor, sesak trafik, penuh dengan penghuni-penghuni yang materialistik yang gigih menjilat nikmat dari daki dan titis peluh orang lain. Stereo kereta gamit mendendangkan irama hingusan dan mentah.
Dia di sebelah ralit membetulkan posisi tidurnya, stereo diperlahan bagi memberi ruang mimpi berlegar di dalam kepalanya. Aku pinjamkan tangan kiri sebagai alas tidurnya, sesekali menjeling mencuri wajah ayu milik-nya.
The Moffats sayup mengulang bait " i miss you like crazy, i miss you like crazy "
Larut dalam aruhan kafeina, aku masih segar meneruskan pemanduan sesekali masih mencuri wajah-nya. Aku hanya mahu waktu bergerak perlahan supaya dapat menikmati aruhan liebestraum ini lebih lama.
Siren bingit dari belakang memaksa aku memperlahan kenderaan dalam hati hendak bersalin barangkali, aku separa normal memaksa pacuan berhenti bila lihat dia tiada di sebelah, melihat cermin sisi juga tiada, kini aku sedar aruhan kafeina memaksa aku berilusi. See.. Lihat.. i really can't get you out of my mind aku berdialog dengan tempat duduk kosong dan tersenyum sendiri. Heh, barangkali aku sudah layak bertemu dengan psychiatrist yang kata aku gila dulu. Basket.!
Dengan kepala yang sarat dengan bebab aku tekan pedal kuasa dan berlalu.
............
Kalau wujud saat saat terindah, mungkin itulah salah satu dari yang terindah.